SURABAYA | lingkarindonesia.com - Demi meningkatkan Kapasitas organisasi dan mengembangkan eksistensi di ruang publik, Puanhayati Jawa Timur lakukan Diskusi Terpumpun di Gedung Nawasena Sanggar Candi Busana Sapta Darma di jalan Jemursari Selatan VI No. 30 – 32 Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya. (01/09/24)
Peserta kegiatan diikuti 40 orang yang berasal dari pengurus dan anggota Puanhayati Jawa Timur 20 orang, 5 orang Gemapakti Jawa Timur, 5 orang MLKI Jawa Timur, 5 orang Lintas Ormas, dan 5 orang Organisasi Mahasiswa.
Acara dibuka oleh Direktur DIT KMA pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB. Kegiatan ini difasilitasi oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dan Masyarakat Adat (Dit. KMA) Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Riset Dan Teknologi dalam rangka pemberdayaan organisasi penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME.
Acara ini dilatarbelakangi oleh minimnya kemampuan para pengurus Puanhayati dalam berbicara di ruang publik, sehingga menghambat pengembangan organisasi dalam berjejaring dengan stakeholder maupun lembaga eksternal lainnya.
Nantinya dengan acara ini para pengurus Puanhayati bisa mengambil peran penting dalam kegiatan-kegiatan bersama stakeholder maupun antar lembaga eksternal.
Dalam acara tersebut, Ade Sri Hayati, S.PSI., MA. selaku Ketua Puan Hayati Jatim menyampaikan jika misi Puanhayati adalah meningkatkan peran perempuan dalam penghayatan nilai-nilai Ketuhanan yang bersumber dari kearifan lokal bangsa Indonesia.
Namun sayangnya, masih banyak permasalahan yang dihadapi. Sehingga kegiatan ini cukup membantu agar peran Puanhayati di ruang publik semakin berkembang.
Selaras dengan hal tersebut, Dian Jennie Tjahyawati, S.Sos menyampaikan dengan begitu eksistensi Puanhayati yang mulai berproses pada tanggal 18 Mei 2018 khususnya di Jawa Timur lebih dikenal oleh masyarakat luas khususnya pemerintah propinsi dan daerah.
"Sehingga sudah semestinya organisasi ini semakin mengembangkan sayapnya. Salah satunya dengan bersinergi dengan BKOW. Namun fakta di lapangan justru sampai saat ini masih ada ibu-ibu Puanhayati yang belum berani menunjukkan jati dirinya. Hal ini sangat berpengaruh pada generasi penerus penghayat. Karena merekapun akhirnya terpaksa mengikuti pelajaran agama sedangkan keyakinannya adalah seorang penghayat. Padahal pemerintah sudah memberikan ruang untuk penghayat agar bebas menghayati keyakinannya," Jelasnya.
Menurutnya, dalam organisasi yang terpenting adalah memanage organisasi sebaik mungkin.
"Managemen organisasi harus berjalan dengan baik sesuai sistematisnya dari pusat, propinsi, hingga daerah dan yang terpenting kerja sama baik di internal Puanhayati maupun dengan eksternal pemerintahan dan lintas agama sehingga mampu berjejaring untuk meningkatkan eksistensi serta RTL (Rencana tindak lanjut) nya," pesan Direktur DIT KMA, Sjamsul Hadi, SH. MM.
Materi pertama adalah tentang Problema Penghayat Kepercayaan Dan Peran Perempuan yang disampaikan Akhol Firdaus, Direktur IJIR UIN SATU Tulungagung.
"Yang harus dilakukan adalah mencari isu strategis, nempertimbangka dimana Puanhayati harus memposisikan dirinya, dan melakukan pemetaan masalah di internal," jelasnya.
Menurutnya tahap untuk mencapai hal tersebut adalah: 1) Rekognisi, pengakuan atas pelaksanaan dari regulasi negara; 3) Melakukan langkah-langkah sosial antara penghayat kepercayaan dengan masyarakat; 4) merasa inferior; 5) kapasitas organisasi dan individu.
Acara dilanjut dengan materi Public Speaking yang disampaikan oleh Aldo Pumarianto, penyiar radio Suzzana.
Ia menyampaikan bahwa ada lima syarat yang harus dimiliki oleh tiap person saat publik speaking: 1) good persolity (pribadi yang baik); 2) komunikasi yang baik (good communication); 3) penampilaan yang baik (good performance); 4) kemampuan(good skill); serta 5) IQ dan kemampuan berfikir(good intelligence).
Acara ditutup dengan RTL yang difasilitatori oleh Akhol Firdaus. RTL ini menghasilkan beberapa point yang disepakati antara lain yaitu Kader Puanhayati harus mengambil peran melakukan percepatan identitas Kepercayaan; dokumentasi dan database percepatan identitas Kepercayaan di KTP dan bekerjasama dengan Puanhayati Nasional; serta melaksanakan audensi dengan Pemerintah Daerah dan lintas sektoral dalam rangka sosialisasi tentang keberadaan Penghayat. ( dian_reog )
COMMENTS